
ACEH SINGKIL – Program Sustainable Living Village (SLV) yang dijalankan Apical bersama para mitra yakni Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH), Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), Forum Konservasi Leuser (FKL), dan Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil, mencatat capaian penting di tahun keduanya di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh.
Program SLV merupakan model pembangunan desa berkelanjutan yang menyeimbangkan dampak sosial ekonomi dan perlindungan lingkungan.
Melalui program ini, petani tidak hanya mendapatkan pendampingan untuk menerapkan praktik sawit berkelanjutan, tetapi juga melakukan diversifikasi penghidupan seperti budidaya madu trigona yang dapat menambah sumber pendapatan sekaligus membantu mengurangi tekanan terhadap kawasan hutan.
Pelatihan GAP dan BMP ke 1.000 petani sawit
Melalui program SLV ini, Apical berhasil melatih 1.000 petani sawit dalam Good Agricultural Practices (GAP) dan Best Management Practices (BMP).
GAP mendorong petani menerapkan praktik budidaya yang efisien, aman, dan ramah lingkungan, sementara BMP menerjemahkan prinsip tersebut menjadi langkah operasional di kebun, mulai dari pemupukan berimbang, pengendalian hama terpadu, hingga pencatatan kebun yang tertib.
Selain itu, program SLV juga memperkuat kelembagaan petani melalui pembentukan dua koperasi petani sawit swadaya sebagai wahana bersama untuk pengadaan sarana produksi yang lebih terjangkau, pemasaran Tandan Buah Segar (TBS) yang lebih transparan, serta memfasilitasi penerbitan lebih dari 500 Surat Tanda Daftar Budidaya elektronik (e-STDB).
Penerbitan e-STDB syarat sertifikasi ISPO dan RSPO
Di sisi legalitas, penerbitan e-STDB, menjadi persyaratan penting untuk sertifikasi seperti Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Tak hanya itu, e-STDB menjadi kunci bagi petani untuk mendapatkan pembiayaan formal.
Dokumen ini juga memperkuat posisi tawar mereka di hadapan offtaker, yaitu perusahaan yang membeli langsung hasil panen.
“Dengan e-STDB, petani swadaya dapat menjadi bagian dari rantai pasok global dan memperoleh nilai jual yang lebih baik,” ungkap Ketua Yayasan Inisiatif Dagang Hijau Nassat Idris.
Penanaman 2.000 pohon di lahan restorasi
Sebagai konsistensi dalam pelaksanaan program SLV, Apical Group kembali melakukan penanaman 2.000 pohon di lahan restorasi Desa Teluk Rumbia, Kabupaten Aceh Singkil, Kamis (7/8/2025).
Adapun jenis pohon lokal yang ditanam dalam kegiatan ini meliputi rumbia, bambu, pandan, aren, dan jaloh.
Jenis pohon tersebut dipilih kearena memiliki fungsi untuk memperkuat siklus hidrologis, memperbaiki tutupan vegetasi, serta menciptakan koridor alami bagi satwa liar.
Selain itu, jenis pohon ini juga memiliki potensi ekonomi jangka panjang bagi masyarakat.
Manager CSR Apical Group, Sugiantoro, percaya bahwa Program Sustainable Living Village yang dilakukan Apical Group akan berhasil jika masyarakat sekitar merasa memiliki dan mendapatkan manfaat langsung dari program ini,
“Restorasi tidak bisa berdiri sendiri tanpa melibatkan masyarakat secara aktif,” ujar Sugiantoro.
Di sisi lain, Wakil Bupati Aceh Singkil, Hamzah Sulaiman, menyampaikan apresiasi atas kolaborasi lintas pihak pada Program Sustainable Living Village sebagai upaya pemulihan fungsi ekologis Desa Teluk Rumbia.
Lebih lanjut, Hamzah menekankan, bahwa pihaknya akan mengevaluasi status lahan ini menjadi kawasan konservasi.
“Ke depan, kami akan mengevaluasi status lahan ini untuk kemungkinan pengalihan menjadi kawasan konservasi atau taman nasional,” ucapnya.
Program Sustainable Living Village di Aceh Singkil telah mencatat berbagai kemajuan, mulai dari peningkatan kapasitas petani sawit, penguatan kelembagaan desa, hingga rehabilitasi lahan kritis seluas lebih dari 50 hektar.
Selain kegiatan penanaman, Program Sustainable Living Village juga membekali masyarakat dengan pelatihan budidaya madu trigona.
Diversifikasi sumber penghasilan ini bertujuan mengurangi ketergantungan warga pada sumber daya hutan dan membuka peluang ekonomi baru.**