SUBULUSSALAM (Harian.co) Menurut Data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) mengatakan bahwa Kota Subulussalam merupakan angka Stunting tertinggi se Aceh yakni 47,8 Persen per akhir Tahun 2022.
Sedangkan, menurut Data E-PPGBM (Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) mengatakan bahwa Angka Stunting di Kota Subulussalam rendah yakni 11,10 Persen per tanggal 26 Januari 2023. Atau dikatakan menurun drastis dari angka 20,5 Persen per bulan Juni 2022.
Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (dalduk & KB) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Subulussalam Nuraini BM. saat ditemui wartawan di kantornya. Selasa (21/02/2023).
Menurut Nuraini BM, data yang disajikan oleh E-PPBGM lebih akurat Lantaran cara pendataannya langsung dilakukan Dor To Dor atau rumah ke rumah yang dilakukan oleh kader di Desa dan dilaporkan setiap bulannya dengan menginput data tersebut melalui Aplikasi E-PPBGM.
Sedangkan Data SSGI yang mengatakan angka Stunting tertinggi di kota Subulussalam Se Aceh itu kata Nuraini BM, mereka hanya mengambil datanya secara acak, tidak secara keseluruhan Desa dan Posyandu, hanya sekitar 10 per desa, itu pun hanya berkisar 12 Desa menggunakan aplikasi.
“Kalau sebenarnya, tingkat akurasi Data itu lebih bagus ya Data E-PPGBM, gak apa-apa menurut SSGI data Stunting kita tinggi, gak masalah, namun sesuai dengan Perpres 72 Tahun 2021, yang kita intervensi itu adalah data E-PPBGM” Kata Kabid Dalduk Nuraini BM.
Masih menurut Nuraini BM, bahwa upaya-upaya yang sudah di lakukan oleh Pemerintah kota Subulussalam untuk menekan angka Stanting ini sudah cukup banyak, seperti dari Dinas P3AKB diantaranya, 1000 APK, Pendampingan Keluarga penempatan TPK di Desa mulai dari Bidan Desa, Ibu PKK Desa dan kader KB di Desa.
Pewarta: Satria Tumangger