MEDAN — Ega Prasetya (22) tak pernah menyangka dengan kabar duka yang datang dari negeri seberang. Kakaknya yakni Argo Prasetyo (25) yang pergi dari rumah dengan harapan bisa memperbaiki nasib keluarga, justru ditemukan tewas mengenaskan di Kamboja.
Dia mengatakan tubuh kakaknya penuh luka tergeletak di dekat tempat pembuangan sampah di perbatasan Vietnam-Kamboja. Kini pihak keluarga asal Langkat, Sumatera Utara, itu sedang berusaha memulangkan jenazah korban ke Indonesia.
“Saya yakin itu abang saya. Memang saat ditemukan tubuhnya kurus, tapi dari wajahnya, dari kartu namanya, semuanya sama,” ujar Ega saat membuat laporan ke Badan Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Sumatra Utara (Sumut), Medan, Selasa (14/10).
Perempuan berkerudung merah itu menceritakan pada April 2024 menjadi bulan terakhir Argo terlihat di rumah. Tanpa banyak bicara, ia pergi meninggalkan kampung halaman.
“Dia enggak ada izin perginya, enggak ngomong apa-apa. Sejak ibu kami meninggal, dia jadi tertutup. Memang kami tinggal serumah, tapi sudah jarang bicara, jadi mengurus hidup masing-masing,” kata Ega.
Dua hari setelah meninggalkan rumah, Ega mengatakan pihak keluarga baru tahu bahwa Argo ternyata berada di Kamboja.
Dalam percakapan singkat lewat telepon, katanya, Argo sempat mengaku bekerja di restoran. Namun, komunikasi juga jarang dilakukan.
“Setelah dua hari gak ada di rumah, saya telpon dia. Ternyata sudah berada di Kamboja. Saat itu dia bilang bekerja di restoran. Saya gak tahu gimana dia bisa sampai di Kamboja dan pergi dengan siapa. Karena kami juga jarang komunikasi,” ujar Ega.
Menurut Ega awal Tahun 2025, Argo sempat mengatakan sudah tidak lagi bekerja di restoran, tapi tak menjelaskan alasannya. Lalu, komunikasi terputus sejak akhir Juli 2025.
Hingga pada 30 September 2025, Ega menerima pesan dari seseorang melalui aplikasi pesan Telegram yang isinya mengejutkan pihak keluarga bahwa Argo ditemukan tak bernyawa.
“Saya tahu korban sudah meninggal dari orang yang menolong. Jadi pada 30 September 2025, kami dapat kabar dari Telegram, ternyata Argo sudah meninggal di rumah sakit,” kata Ega.
Ega juga sempat mendapatkan potongan video yang memperlihatkan kakak prianya itu tergeletak di tanah, di dekat tumpukan sampah. Lokasinya disebut berada di perbatasan Vietnam-Kamboja.
“Saya lihat ciri-cirinya sama dengan Abang saya. Saat ditemukan di tempat tumpukan sampah itu masih kritis. Wajahnya penuh lebam, tubuhnya juga kurus. Mereka bilang Abang saya meninggal setelah dibawa ke rumah sakit,” sebutnya.
Ega menyebutkan keluarga telah melapor ke KBRI Phnom Penh dan mengonfirmasi identitas korban. Jenazah Argo saat ini disimpan di tempat penyimpanan jenazah di Phnom Penh, Kamboja, sejak 30 September 2025.
“Jenazahnya masih berada di Phnom Penh. Kami juga belum mengetahui secara pasti bagaimana kronologis Abang saya ini bisa ditemukan di tempat sampah. Tapi dugaan kami almarhum sempat dianiaya,” kata Ega.
Belakangan diketahui, Argo bekerja di sebuah perusahaan penipuan atau scammer. Perusahaan itu kerap disebut mempekerjakan warga asing untuk aktivitas penipuan daring di kawasan Asia Tenggara.
“Saat di tempat sampah itu, ditemukan juga kartu yang bertuliskan nama Abang saya dan perusahaan tempat dia bekerja. Ternyata almarhum ini bekerja di perusahaan Junyi,” ujar Ega.
Dia mengatakan sebelum berangkat ke luar negeri, Argo sempat bekerja sebagai pegawai di salah satu gerai retail di Langkat. Namun, beban pekerjaan dan tanggungan membuatnya ingin mencari penghasilan lebih besar.
“Barang hilang di toko, dia yang harus ganti. Capek katanya, makanya pengen cari kerja lain. Tapi dia enggak pernah bilang akan bekerja di Kamboja,” ungkap Ega.
Kini, keluarga hanya punya satu harapan, memulangkan jenazah Argo ke kampung halaman di Indonesia. Proses ini tidak mudah karena butuh membereskan administrasi birokrasi lintas negara, dan biaya pemulangan mencapai sekitar Rp136 juta.
“Kami sudah minta bantuan KBRI dan Pemkab Langkat. Fokus kami sekarang cuma satu, supaya abang bisa pulang dan dimakamkan dengan layak,” tutur Ega.
Saat dikonfirmasi, Staf Perlindungan BP3MI Sumut, Mianhot Pandiangan, membenarkan laporan keluarga Argo sudah diterima. Mereka kini menunggu tindak lanjut dari KBRI Phnom Penh.
“Kita tunggu kabar dari pihak KBRI. Kita harap perusahaan yang mempekerjakan korban tetap bertanggungjawab. Tapi jangan berharap 100 persen juga. Penyelidikan kematian kita percayakan saja dengan pihak Kamboja. Mudah mudahan KBRI juga ada solusi untuk memulangkan jenazah,” katanya.
sumber: CNN Indonesia