Dumai (Harian.co) — Dugaan kekerasan dan penganiayaan terjadi kepada beberapa pekerja di bidang keamanan (sekuriti) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Dumai oleh RJ selaku Pembina Fungsi Satpam di RSUD Dumai.
Hal ini disampaikan RL, salah seorang korban yang mengalami kekerasan dan penganiayaan pada dirinya saat dikonfirmasi awak media di kediamannya, Jumat (21/01/2022).
RL menceritakan kekerasan yang dialaminya itu terjadi pada tahun 2021 lalu. Saat ia berpatroli ke lantai II, ia melihat salah seorang keluarga pasien sedang menulis dengan posisi yang ia rasa kurang sopan, lalu ia pun menegurnya.
“Mohon maaf bu, nulisnya jangan seperti itu, banyak keluarga pasien laki-laki di sini,” kata RL.
RL juga menduga keluarga pasien yang dia tegur melapor ke atasan, karena dia dipanggil oleh atasannya tidak lama setelah kejadian tersebut.
“Setelah itu saya dipanggil oleh Pembina Fungsi Satpam (RJ), saya lansung dipukul dan ditendangnya,” ujar RL.
RL juga membeberkan penganiayaan lain yang dilakukan RJ pada dirinya, bahwa ia menerima hukuman dari RJ dengan cara direndam selama 3jam.
“Saya direndam di dalam saluran parit 3Jam,” tambahnya.
Pada awak media RL menceritakan bahwa sampai saat ini ia merasa jengkel dan tidak terima. Namun tidak tahu harus melapor kemana dan saat kejadian itu ia juga takut jika melaporkan masalah ini, ia takut akan kehilangan pekerjaannya.
Awak media juga mencari informasi terkait kejadian yang menimpa pada RL. YD salah satu teman RL yang bekerja sebagai sekuriti RSUD Dumai juga mengakui bahwa ia melihat kekerasan yang dialami RL.
“Iya Pak, saya melihat apa yang dialami RL,” ungkap YD kepada awak media.
Korban dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh Pembina fungsi satpam RJ ini ternyata tidak hanya dialami oleh RL sendiri, namun ada salah seorang petugas keamanan yang bekerja di RSUD Dumai juga mengalami nasib serupa.
Narasumber yang yang tidak ingin identitasnya disebutkan ini membenarkan hal tersebut, saat awak media mengkonfirmasinya via sambungan seluler (telpon) dan menyatakan ia mengalami hal serupa dengan RL.
“Benar pak, saya pernah direndam di saluran parit itu juga, waktu itu zaman covid menggila,” ungkapnya.
Menanggapi hal ini, awak media mencoba mengkonfirmasi RJ melalui WhatsAppnya, amun tidak mendapatkan jawaban.
Awak media juga mencoba mengkonfirmasi Direktur RSUD Dumai, Dr Ridhonaldi melalui WhatsApp, lagi-lagi awak media tidak mendapat jawaban.
Terakhir, melalui Wadir RSUD Dumai Syafriandi yang berhasil dikonfirmasi mengatakan tidak ada SOP (hukuman, red) seperti kejadian yang dialami sekuriti tersebut.
“Kami sebagai managemen tidak tau ada kejadian seperti ini dan saya kan baru satu bulan menjabat, sepertinya tidak ada SOP seperti itu,” tangkas Syafriandi. Syafriandi menambahkan, pihaknya akan mencoba mengkaji SOP yang ada.
“Kami akan berupaya membenahi diri khususnya untuk sekuriti menjadi perhatian kami semua,” tutupnya.
Aktifis Buruh Kota Dumai, Ismunandar sangat menyayangkan hal ini bisa terjadi kepada sekuriti dan berharap segera cepat diselesaikan, agar tidak terjadi hal serupa kepada yang lain.
“Saya harap korban segera melapor, agar masalah ini bisa diselesaikan,” harap Ismunandar.
Selain itu, Kapolres Dumai, AKBP M Kholid ketika dikonfirmasi mengatakan bahwa laporannya belum ada, jika memang kejadian tersebut dialami sekuriti, pihak meminta untuk segera melapor.
“Kapan kejadiannya, kalau memang ada silahkan dilaporkan, saya cek belum ada laporan, kalau memang ada silahkan dilaporkan, kami akan tindak lanjuti,” jawab Kapolres Dumai kepada awak media.
Pewarta: Edo